Tenaga Ahli Gubernur Jambi: Seandainya Kita Punya Rumah Sakit Internasional

1 day ago 5
ARTICLE AD BOX

Oleh. Prof. Dr. Mukhtar Latif, Tenaga ahli Gubernur Jambi dan Guru Besar UIN STS Jambi

Provinsi Jambi hingga kini belum memiliki Rumah Sakit Internasional yang diakui secara global maupun berstandar akreditasi Joint Commission International (JCI). Keberadaan rumah sakit yang ada, baik RSUD Raden Mattaher, RS Bhayangkara, DKT, RS Abdul Manaf maupun RS yang ada di kabupaten kota dalam provinsi Jambi, termasuk RS swasta—masih beroperasi pada level nasional. Padahal, kebutuhan masyarakat terhadap layanan medis berstandar internasional terus meningkat, seiring tren masyarakat Jambi yang berobat ke Malaka dan Singapura setiap tahun.⊃1; Fenomena ini menandakan adanya defisit kepercayaan (trust deficit) terhadap mutu dan fasilitas kesehatan di daerah, oleh kalangan masyarakat Jambi, selain menjadi trend sambil berkunjung ke luar negeri (aji mumpung).

Rumah Sakit di Era Global dan Digital: Paradigma Rumah Sehat vs Rumah Sakit

Dalam konteks globalisasi digital, rumah sakit tidak sekedar “tempat orang sakit” melainkan “rumah sehat” (wellness home) yang berorientasi pada pencegahan, digitalisasi layanan, dan pengalaman pasien (patient experience).⊃2; Paradigma baru ini menuntut integrasi telemedisin, rekam medis digital, dan kolaborasi lintas universitas-rumah sakit. Jambi masih tertinggal di aspek ini, digitalisasi sistem pelayanan kesehatan baru berjalan parsial. Rumah sakit internasional diharapkan mampu menggeser paradigma dari kuratif ke preventif dan promotif.

Pengunjung RS Melaka dan Singapura: Berobat atau Wisata Medis?

Sebagian besar warga Jambi yang ke Melaka atau Singapura tidak semata mencari pengobatan, melainkan memadukan berobat dan berwisata medis (medical tourism).⊃3; Data Malaysia Healthcare Travel Council (MHTC) menunjukkan sekitar 300.000 pasien Indonesia berobat ke Malaysia setiap tahun, dan sebagian besar berasal dari Sumatra, termasuk Jambi.⁴ Fenomena “berobat sambil berwisata” menandakan bahwa pelayanan kesehatan telah memasuki ranah ekonomi kreatif dan pariwisata global.

Konsep Rumah Sakit Internasional dan Tipe RS di Indonesia

Secara regulatif, Indonesia mengenal klasifikasi rumah sakit: Tipe A, B, C, dan D, berdasarkan kapasitas, fasilitas, dan tenaga spesialis.⁵ Rumah sakit internasional berada di atas tipe "A", memenuhi standar global, menggunakan bahasa internasional dalam pelayanan, dan memiliki jejaring riset medis lintas negara. Di Indonesia, hanya sedikit RS berstatus internasional (misalnya Siloam Hospitals Group dan Mayapada International), sementara provinsi-provinsi di luar Jawa belum memiliki satupun.

Fenomena warga Jambi berobat ke luar negeri memperlihatkan paradigma sosial kelas menengah: keyakinan bahwa “penyembuhan sejati” ada di luar negeri.⁶ Ini memperlihatkan krisis mutu persepsi kesehatan lokal. Ketidakpuasan terhadap pelayanan, waktu tunggu panjang, dan kurangnya spesialis subspesialis menjadi pendorong utama. Membangun RS internasional di Jambi menjadi penting, bukan hanya untuk menahan devisa, tapi juga membangun kepercayaan publik terhadap layanan medis dalam negeri.

Dengan populasi lebih dari 3, 6 juta jiwa, ⁷ rasio tempat tidur rumah sakit di Jambi masih di bawah standar WHO (1:1.000). Data menunjukkan angka rujukan pasien luar daerah cukup tinggi, menandakan kebutuhan terhadap RS unggulan regional sangat rasional. Bila RS internasional Jambi dibangun dengan model public–private partnership (PPP), maka tidak hanya meningkatkan kualitas kesehatan, tetapi juga menarik investasi dan wisata medis lintas provinsi.

UNJA, UIN STS Jambi, dan perguruan tinggi kesehatan lainnya masih berstatus “kampus tanpa rumah sakit pendidikan penuh". Padahal, RS pendidikan merupakan jantung riset kedokteran dan pusat pelatihan klinis. Integrasi antara kampus dan RS berstandar internasional akan menciptakan triple helix model (akademisi–industri–pemerintah) untuk menghasilkan inovasi kesehatan dan tenaga medis unggul, kompetitif dan profesional.

Rekomendasi Konstruktif: Membangun Rumah Sakit Internasional Jambi

Pertama, sudah saatnya Jambi berbenah, perlu menetapkan blueprint Jambi Medical Hub berbasis riset, pariwisata medis, dan telehealth.

Kedua, menggandeng rumah sakit luar negeri yang sudah berkelas internasional sebagai mitra (twin hospital), aelain investor Malaysia, Singapura bahkan investor dalam negeri  yang ternama, tentu yang tidak kalah reputasi investasinya,  untuk membangun RS internasional di kawasan spot strategis, dengan lahan lebih luas dan nyaman, di Jambi. 

Ketiga, mempercepat digitalisasi sistem rujukan antar kabupaten kota dan mempersiapkan rumah sakit pendidikan terpadu UNJA dan UIN STS Jambi serta kampus kesehatan lainnya.

Keempat, menyiapkan grand design SDM kesehatan berbasis riset dan akreditasi internasional (JCI/ISO).

Rumah Sakit Internasional Jambi bukan sekadar proyek infrastruktur, melainkan simbol kemandirian kesehatan daerah. Paradigma baru menuntut rumah sakit menjadi pusat inovasi, pembelajaran, dan pelayanan digital yang berorientasi pasien. Ketika masyarakat Jambi tidak lagi harus terbang ke Melaka atau Singapura untuk berobat, maka kemandirian kesehatan telah tercapai, artinya kepercayaan publik kembali pulih dan kita siap menjadi warga dunia yang kompetitif dan berkeunggulan.

Bacaan/Footnote

1. Data Kementerian Kesehatan RI, Profil Kesehatan Indonesia (Jakarta: Kemenkes, 2023).

2. World Health Organization, Digital Health Strategy 2020–2025 (Geneva: WHO, 2021).

3. MIDA, Malaysia Healthcare Travel Industry Report (Kuala Lumpur, 2024).

4. Malaysia Healthcare Travel Council (MHTC), Medical Tourism Malaysia Overview (2023).

5. Permenkes No. 30 Tahun 2019 tentang Klasifikasi Rumah Sakit.

6. R. Nugraha, “Kelas Menengah dan Wisata Medis, ” Jurnal Sosiologi Indonesia 12, no. 2 (2022).

7. BPS Provinsi Jambi, Statistik Penduduk Provinsi Jambi Tahun 2024 (Jambi: BPS, 2024).

8. UIN STS Jambi, Rencana Induk Pengembangan 2025–2035 (Jambi, 2023).

9. Porter, M. Redefining Health Care (Harvard Business Press, 2022).

10. Yusuf, M. Transformasi Digital di Sektor Kesehatan (Jakarta: UI Press, 2021).

11. Gani, A. Ekonomi Kesehatan di Era Global (Jakarta: Rajagrafindo, 2020).

12. WHO. Hospital Future Framework 2030 (Geneva, 2021).

13. Kaplan, R. & Norton, D. Strategic Health Management (London: Routledge, 2020).

14. Haidar, N. Kebijakan Kesehatan Publik di Asia Tenggara (Kuala Lumpur: UM Press, 2021).

15. Mahathir, M. Malaysia Healthcare Experience (Kuala Lumpur: MPH Group, 2024).

16. Health Tourism Trends in Southeast Asia, Asian Journal of Health Policy (2024).

17. Digital of Hospitals in Developing Regions, ” Journal of Global Health Systems (2023).

Read Entire Article
Penelitian | | | |