Paleotsunami Kajian Ilmiah Menggenal Kejadian Tsunami Purba

3 weeks ago 26
ARTICLE AD BOX

Jakarta,  Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkap bukti ilmiah tentang keberadaan tsunami raksasa yang pernah melanda wilayah Selatan Jawa ribuan tahun lalu.

Temuan ini hasil riset paleotsunami yang dilakukan oleh tim Pusat Riset Kebencanaan Geologi (PRKG), menjadi peringatan penting potensi ancaman megatsunami yang masih membayangi kawasan padat penduduk itu.

Peneliti Ahli Madya PRKG BRIN, Purna Sulastya Putra, mengatakan paleotsunami adalah kajian ilmiah untuk mengenali kejadian tsunami purba yang tidak tercatat dalam sejarah manusia. 

“Riset ini sangat penting, karena Selatan Jawa terus berkembang dengan pembangunan infrastruktur strategis, sementara ancaman tsunami raksasa yang berulang justru belum sepenuhnya dipahami dan diantisipasi, ” ujar Purna, di Jakarta (06/08/2025).

Salah satu temuan adalah lapisan sedimen tsunami purba berumur sekitar 1.800 tahun yang ditemukan di berbagai titik di sepanjang Selatan Jawa, seperti di Lebak, Pangandaran, dan Kulon Progo.

“Penyebarannya yang meluas di banyak lokasi di Selatan Jawa, jejak ini diperkirakan merupakan hasil dari tsunami raksasa yang disebabkan gempa megathrust berkekuatan magnitudo 9, 0 atau lebih. Ini bukan satu-satunya. Jejak tsunami raksasa lainnya ditemukan berumur sekitar 3.000 tahun lalu, 1.000 tahun lalu, dan 400 tahun lalu, ” imbuhnya.

Riset paleotsunami, dilakukan melalui pengamatan lapangan, salah satunya di lingkungan rawa dan laguna, di area ini sedimen laut yang terbawa oleh gelombang tsunami lebih mudah dikenali dan terawetkan di lingkungan tersebut. 

Untuk membuktikan bahwa lapisan itu merupakan endapan tsunami, dilakukan analisis lanjutan seperti uji mikrofauna, kandungan unsur kimia, hingga pentarikhan umur radiokarbon.

“Tantangannya adalah tak semua endapan tsunami purba bisa bertahan utuh dan terawetkan dengan baik, dan membedakan dengan sedimen akibat proses-proses lain seperti banjir atau badai pun memerlukan kehati-hatian, ” tambahnya.

Temuan menunjukkan bahwa tsunami raksasa di wilayah Selatan Jawa bersifat berulang, dengan siklus sekitar 600–800 tahun. 

BRIN mendorong edukasi kebencanaan berbasis riset ditingkatkan di sekolah-sekolah, media massa, hingga komunitas lokal.

“Kalau terjadi gempa kuat di dekat pantai, jangan tunggu sirine atau pemberitahuan, segera evakuasi ke tempat yang lebih tinggi. Alam sering memberi sinyal pertama, dan kesiapsiagaan adalah kunci keselamatan, ” pesannya.

Tsunami mungkin tak bisa dicegah, tapi korban jiwa dan kerugian bisa di minimalisir dengan pengetahuan dan kesiapan.

Tsunami Aceh 26 Desember 2004 silam, dengan gempa berkekuatan magnitudo 9, 3  tercatat sebagai bencana paling dahsyat di abad ke-20. Sebelas negara tepi pantai terkena amuknya. Hampir 500 ribu orang meninggal dunia, korban terbanyak 300 ribu jiwa berada di Aceh. Pusat gempa di utara pulau Simeulue, di lepas pantai Barat pulau Sumatera, di kedalaman 10 kilometer. (AA)

Read Entire Article
Penelitian | | | |